The Golden Age’s… #Jogjakarta (Lagi)
Posted by
Rinny Arian
|
Sore ini, lagi lagi sendiri itu datang lagi. Ah sial,,
Dan lagi lagi tidak ada hal lain yang paling senang kulakukan selain buka2x laptop dan membuka
folder2x lama yang mulai berantakan termakan usia, membuka poto2x jaman
jahiliyah yang berapa kalipun aku mencoba meng-instal ulang laptopku, semua
foldernya aku amankan dari jauh jauh hari. Terdengar konyol, tapi sebuah
kenyataan yang ditemukan disini, bahwa ternyata sesuatu yang telah ditemukan on
the golden age’s sepertinya sulit sekali di dapat lagi di masa masa lanjut
seperti sekarang ini. Dan itulah salah satu alasan kenapa kita wajib hukumnya
mengamanakan semua folder yang berkaitan dengan masa muda.
Pernah ada yang ingat ketika dulu sebuah “waktu” itu
begitu melimpah? Sebuah masa dimana uang bukanlah jaminan kebahagiaan buat
kita? Jaman ketika dosa dan tanggung jawab masih bisa ditawar, masa dimana hal
utama dan terpenting itu bukan tujuan masa depan yang berorientasi pada masalah
financial? tapi yang kita cari hanya sebuah kebahagiaan yang ditimbulkan oleh
kesederhanaan. Lalu kita tengok
sekarang, Masa masa dengan rutinitas yang membosankan. Kerja, pulang, makan,
tidur dan begitu seterusnya. Inilah alasan kenapa aku begitu takut menjadi tua
dan dewasa. Karena dewasa itu tidak pernah menyenangkan. Masa ketika kita
dipaksa keluar dari comfort zone. Ironis…
Mana pernah pada masa dulu diantara kita terlarut
begitu serius dalam obrolan seputar masa depan, pemerintahan, tanggung jawab,
apalagi dosa.
Kalo udah ngomongin golden age’s and golden moment,
rasanya gak bakalan jauh dari seputar pengalamanku pernah kuliah dan singgah di
Jogjakarta. Aku gak begitu tahu dan punya alasan yang pasti kenapa semua orang
begitu nyaman tinggal di jogja. Mungkin karena tiap malam kita bisa cukup
bahagia dengan sekedar ngumpul dan nangkring di burjo ato ngopi pinggir kali
dengan bekal 10 rebu perak. Hmm pinggir kali? Jadi inget ketika pas waktu itu
aku baru kenal seseorang. Sebut saja namanya Jeruk. Hmmh si jeruk ini memang ga
ada romantic romantisnya. Ketika pada first date orang lain mah milih dinner di
Santika resto< eh aku malah diajak ngopi ngopi aja. Di Kali Code pula.
Romantis sekali… Cuih! Curi curi pandang, cerita cerita bodoh, ketawa ketawa
kecil, cen anak muda pada masanya banget! Ditemani gerimis kecil, dan namanya
di kali code, basah semua tuh atap dari tenda yang bocor. Gak ketinggalan juga
wangi aroma air got yang menyengat dari kali. Hmm semakin menambah keromantisan
saja. Hhh Jogja, tiap sudutnya memang penuh makna.
Survey menyebutkan bahwa 92% pendatang menyebutkan
bahwa jogaja memang takkan terganti, dan 8% lainnya menyebukan kalo Jogja biasa
saja dengan alasan mereka memang gak pernah ke Jogja. Ya iyalaaahh. *survey
sendiri dengan nara sumber diri sendiri juga* Hahhaa.
Apa apa serba harga mahasiswa. Contohnya saja sering
sekali aku lihat poster2x kecil sampe baliho ukuran jumbo nangkring pinggir
jalan bertuliskan “Harga mahasiswa” cutting, blowing, browsing, hanging,
nangkring, sampe clubbing-pun ada pembubuhan harga mahasiswa. Luar biasa sekali
sodara sodara….
Tentu saja selalu ada alasan kenapa aku begitu
merindukan kota kecil yang mampu membius semua orang dengan berbagai pesona
sederhananya itu. Wajah wajah inilah yang selalu membuatku ingin selalu kembali
menapaki umurku yang masih muda belia pada masanya.. wajah wajah ini juga yang
merupakan alasanku selalu tidak berhasil membuka hati buat kota baru yang aku
tempati. Hmmm makin lama bahasaku makin melankolis kayak kahlil Gibran hilang ingatan :D intinya,
Jogjakarta itu, kalo aku gambarkan pasti kertas gambarku kosong, saking
pesonanya tidak tergambarkan, heheheh
Check site this out….
Read User's Comments(0)
Langganan:
Postingan (Atom)