About Me

Foto saya
When things get complicated, i wish i faith, When things look empty, i wish i hope :)
Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Pages

getting over a broken heart!


Aku jelaskan gambaranku tentang kamu :

Kamu itu sederhana, cakep juga biasa, mapan belum, out of my type deh. Tapi kamu itu baik. Itulah point yang membuatku melting. Ternyata mamaku benar, kebaikan itu mengalahkan segalanya. Termasuk logika loh.

Awalnya….
dari empat tahun yang lalu aku udah lupa rasanya suka sama orang itu seperti apa. Bukan.. bukan karena gak ada cowok mapan, bukan karena gak ada cowok matang ataupun bukan karena gak ada cowok menarik. Feelingku aja yang udah berkali kali aku cari gak ketemu juga. Bahkan ketika aku kenal kamu pun feeling itu belum juga ada. Entah bagaimana tuhan akhirnya mempertemukan kita. Bahkan ketika aku masih kabur dengan kabut masa lalu yang tebal. Dan niatku saat itu hanya mencoba. Siapa tau ada cupid yang salah panah. 

Dengan perkenalan singkat kita, Ketika akhirnya kamu bilang suka, saat itu aku baru benar benar tahu, kalo sebenarnya feeling yang aku tunggu selama ini belum juga muncul. Aku gak mau membohongi siapa siapa. Apalagi harus membohongi hati sendiri. Lebih baik membohongi orang lain, setidaknya aku gak tau rasanya kayak apa. Dan akhirnya dengan haqqul yakin aku tegas bilang “nggak”. Dan Tuhan-pun memisahkan kita.

Hingga akhirnya….
Tuhan membuka komunikasi buat kita lagi. setelah entah berapa lama kita tak saling sapa.
Dengan jarak ribuan mil, dengan perkenalan singkat kita, dengan pemahaman minim kita satu sama lain. Dan masih dengan jarak ribuan mil juga, dengan bodohnya kita selalu membicarkaan tentang rencana” bagaimana kalau kita menikah nanti”. Dan tiap malam, hal itu selalu jadi topik menarik buatku.
Aku bilang : Kalo kita nikah nanti, aku gak pinter masak loh,
Kamu bilang : Aku gak nikahin kamu karena masakanmu kok, kita bisa minta masakin tetangga aja.
Aku bilang : kalo kita nikah nanti, aku paling gak suka kalo disuruh cuci piring. Aku mendingan ngepel balai sarbini daripada cuci piring,
Kamu bilang : gak papa, kita beli piring yang sekali pakai langsung buang aja.
Aku bilang : kata mamaku aku cewek paling boros di dunia
Kamu bilang : gak papa, biar aku semangat nyari duit.
Awalnya aku kira bahasamu yang terlihat natural itu benar. Tetapi setelah pernyataan pernyataan yang akhirnya merapuhkan keyakinanku selama ini, akhirnya aku merasa asumsiku terbukti. Mungkin semuanya juga pernah kamu bilang buat 27 orang sebelumku.

Suatu malam kamu bercerita banyak tentang kamu, masa lalu, bahkan sedikit gambaranmu tentang masa depan. Makanya ketika kamu jelaskan tentang kamu yang sebenarnya aku agak shock, bahkan terkesan hampir 75% hilang feeling. Bukan shock si, aku Cuma sedang berusaha membayangkanmu dari sisi yang berbeda dari imajinasiku sebelumnya.  Kamu benar, Ekspektasiku terhadap kamu terlalu tinggi.  Kamu bilang “aku emang kayak gini, kalau kamu mau nerima ya syukur, kalo nggak yaudah”. Kenapa terdengar menyakitkan? Tau gak, hal pertama yang tergambar dari kalimat itu terkesan seolah aku yang harus bekerja keras  menghabiskan seluruh hidupku untuk belajar memahami kamu. Tanpa terlihat sama sekali gak ada niat buat kamu memahamiku. Dan dari sini aku mulai ragu, apa iya kamu orang yang aku cari selama ini? Kenapa aku bilang aku sangat sangat hati? Bukan salahmu punya masa lalu, bukan salahmu juga kenapa instingku salah, ini Cuma bentuk kekecewaan yang rasanya sangat luar biasa, karena gambaranku tentang kamu semuanya salah. Dan bukan Cuma itu, fleksibilitasmu menanggapi kekecewaanku yang membuatku merasa sangat tidak penting. Bahkan kamu masih bisa tertawa ketika mendengarku hampir menangis. Dimana kamu yang dulu? Kamu yang dalam imajinasiku begitu sempurna? 

Bahkan ketika aku mempetimbangkan tentang perbedaan mendasar antara kitapun aku masih berfikir, kalau Tuhan mau, cinta bisa datang dari dua tempat beribadah yang berbeda.  Apalagi  hanya masalah jarak yang hanya ribuan mil. Belum jutaan mil. Aku masih saja membayangkanmu sesuai imajinasiku. Walaupun dengan sangat keras kamu berusaha menyadarkanku kalau imajinasiku tentang kamu salah semua. Aku gak peduli. Saat itu. 

Sakit hatiku masih ada koma. Bukan titik. Ketika kamu bilang kamu gak bisa selalu diam hanya pada satu hati. Bahkan kamu bilang aku harus nunggu di urutan 30 untuk bisa mewujudkan sedikit imajinasiku tentang “kamu yang baik”. Kamu bilang pencarianmu akan berhenti di angka  30. Itu artinya aku masih harus menunggu 3 orang lagi untuk bisa sepenuhnya memiliki kamu. Dan dimana harga diriku???  Ada apa dengan laki laki yang tersisa di dunia ini?

 Bukan masa lalunya yang masalah, hanya keraguan menatap masa depannyalah yang salah. Inilah malam dimana aku buat pertama kalinya merasa “belum apa apa udah sakit hati”. Dan malam selanjutnya aku masih berusaha. Berusaha menganggap semuanya baik. Berusaha merapikan lembar lembar buku yang udah kamu bikin kusut. Tapi besoknya, bukunya malah kamu tidurin lagi. diilerin malahan. Pada buku yang lain aku masih bisa berada pada halaman pertama, kenapa di bukumu aku harus menunggu di halaman 30? Ah sudahlah, lagi lagi mamaku benar, kamu hanya sebuah fase (lagi)




Bahkan hari berikutnya, dengan segunung rasa kecewaku, dengan seplastik kepingan kepingan imajinasiku yang buyar, aku masih menawarkan kamu “kamu masih mau aku tunggu gak?” dan balasan kamu “Aku gak usah ditunggu”.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS